Rabu, 20 Maret 2019

Manajemenet Sumber Daya Manusia Pada Perusahaan Manufaktur

SUMBER DAYA MANUSIA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
PT AKM (K Industries Ltd.,M Corporation dan PT AM)

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
      PROFIL PERUSAHAAN
PT. AKM merupakan perusahaan joint venture antara K Industries Ltd., M Corporation, dan PT. AM. Perusahaan ini bergerak di bidang industri garmen yang berdiri sejak tahun 1994 dan berada di di daerah Bekasi Utara. PT.AKM ini berproduksi atas dasar pesanan, dan pasar yang dilayani adalah Jepang. Jenis yang diproduksi adalah kaus oblong, kaus polo, kaus leher V, celana panjang dan baju olah raga. Kompetitor dari PT.AKM adalah 150 perusahaan garmen yang ada di Indonesia yang memproduksi jenis yang sama dan pesaing untuk negara asing adalah negara China. Hal ini dikarenakan harga jual pakaian dari negara China yang lebih murah dibandingkan PT.AKM.


P       PROSES BISNIS
Pada saat ini PT. AKM hanya melayani pesanan garmen dari Jepang. Pesanan tersebut berupa t-shirtpolo shirt, pakaian olah raga, jaket, yang semuanya merupakan kebutuhan pakaian olahraga pelajar di Jepang. Pada bagian produksi terdapat lima bagian yang harus dilalui, yaitu:
1)      Cutting, kegiatan yang dilakukan oleh karyawan yang meliputi pemotongan atau pengguntingan pola-pola yang sudah ada, yang didapat dari Jepang.
2)      Quality Control, suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh pegawai terhadap hasil cutting, agar tidak terjadi defect yang dapat mengakibatkan kerugian.
3)      Sewing, kegiatan yang dilakukan oleh para karyawan untuk menjahit dan iron/tatami kain yang telah dipotong.
4)      Quality Control (QC), suatu pemeriksaan kedua yang dilakukan untuk mengetahui kualitas dari jahitan apakah telah sesuai dengan permintaan dari pihak Jepang.
5)      Finishing, suatu kegiatan berupa pengepakan hasil produksi yang telah siap untuk diekspor.

      PROFIL SUMBERDAYA MANUSIA
Tenaga kerja di PT. AKM saat ini berjumlah 147 orang karyawan tetap, yang terdiri dari 126 orang karyawan di bagian produksi dan 21 orang di bagian manajemen, administrasi, dan maintenance mesin. Secara garis besar terdiri dari 3 divisi, yaitu: Impor dan Ekspor, Production, dan Finance. Secara keseluruhan perusahaan ini dipimpin oleh seorang President Director, yang membawahi Director dan General Manager. Jadwal kerja yang dilaksanakan dalam perusahaan meliputi hari kerja dari Senin hingga Sabtu dengan jam kerja untuk hari Senin sampai Jumat adalah pukul 08.00 sampai pukul 16.00 WIB, untuk hari Sabtu jam kerja pukul 08.00 – 13.00 WIB. Pada saat peak season atau pada saat order sedang banyak, maka perusahaan menambah pekerja harian agar dapat mengatasi kondisi tersebut. Sistem pengupahan di perusahaan ini menggunakan sistem pengupahan bulanan. Upah bulanan diterima pada setiap akhir bulan, dan setiap tahunnya diberikan THR dan bonus. Selain itu, karyawan juga mendapatkan fasilitas berupa makan siang di kantin, mess atau tempat tinggal untuk para karyawan. Perusahaan juga sekali waktu memberikan pelatihan, seminar, dan kursus untuk pengembangan ketrampilan dan keahlian penunjang lainnya, sehingga pengetahuan dan kemampuan karyawan dapat terus berkembang yang memungkinkan adanya peningkatan karir bagi karyawan itu sendiri. Kursus dan pengembangan keterampilan ini tidak teratur dilakukan, tergantung kebutuhan perusahaan. Yang biasa dilakukan adalah apabila pihak Jepang meminta PT.AKM untuk memproduksi model baru, maka PT.AKM langsung memberikan pengembangan keterampilan tersebut. Pengembangan keterampilan yang butuh keahlian khusus dan tidak tersedia di Indonesia, maka pengajaran langsung dilakukan dari pihak Jepang.


N       NILAI-NILAI BUDAYA KERJA
PT. AKM Bekasi memiliki lima nilai dasar budaya yang menjadi pedoman bagi karyawan dalam menjalankan tugas dan kewajiban dalam perusahaan. Nilai-nilai dasar budaya tersebut adalah:
1.      Budaya seiri (Ringkas)
Hanya barang yang perlu saja berada ditempatnya. Mengasingkan barang-barang yang tidak diperlukan di tempat kerja.
2.      Budaya seiton (Rapi)
Setiap item yang masih diperlukan dalam pekerjaan, tersedia di tempatnya dan jelas status keberadaannya. Setiap item dan tempat penyimpanannya mempunyai nama atau kode identifikasi yang distandarkan. Setiap orang mematuhi aturan penyimpanan dan ada mekanisme penyimpanan yang pasti. Menyusun barang-barang yang diperlukan dengan teratur, supaya mudah diambil dan digunakan.
3.      Budaya seiso (Resik)
Membersihkan dan memeriksa. Hilangkan sumber penyebab kotor.
4.      Budaya seiketsu (Rawat)
Membuat standarisasi ringkas, rapi, resik. Melaksanakan standarisasi di tempat kerja. Mempertahankan Kondisi Optimum. Mewujudkan Tempat Kerja yang bebas kesalahan.
5.      Budaya shitsuke (Rajin) Terbiasa merawat Ringkas, Rapi dan Resik. Terbiasa melaksanakan standar kerja. Mengembangkan kebiasaan positif.

Pada awalnya sikap kerja 5S diterapkan pada perusahaan K. Industries Ltd yang merupakan perusahaan joint venture dengan PT. AKM. Setelah joint venture, PT. AKM meneruskan sikap kerja 5S dan menerapkannya sebagai budaya kerja 5S hanya pada bagian produksi. Kemudian budaya kerja 5S tersebut dikembangkan oleh PT. AKM, tidak hanya ditetapkan pada bagian produksi saja tetapi menjadi budaya kerja di PT. AKM. Sejak awal berdiri PT. AKM belum pernah mengadakan program penyegaran budaya kerja 5S kepada seluruh karyawan. Penjelasan budaya kerja 5S hanya dilakukan kepada karyawan pada saat rekrutmen. PT.AKM sendiri belum memiliki audit 5S secara internal di perusahaan. Apabila pada kegiatan operasional dirasa kurang dalam pelaksanaan 5S, maka pihak manajemen akan memperingatkan karyawan di waktu briefing yang biasa dilaksanakan 15 menit sebelum memulai pekerjaan. Upaya lain yang dilakukan oleh manajemen PT. AKM ialah menempelkan tulisan dan gambar di area kerja, yang berfungsi untuk mengingatkan karyawan terhadap budaya kerja 5S.

Rabu, 27 Februari 2019

Bisnis International

Bisnis International adalah bisnis yang kegiatan-kegiatannya melewati batas-batas negara. Definisi ini tidak hanya termasuk perdagangan internasional dan pemanufakturan di luar negeri, tetapi juga industri jasa yang berkembang di bidang- bidang seperti transportasi, pariwisata, perbankan, periklanan, konstruksi, perdagangan eceran, perdagangan besar dan komunikasi massa.

Lainnya :
a. Bisnis Luar Negeri adalah berarti operasi-operasi domestik di dalam sebuah negara asing.
b. Perusahaan Multidomestik adalah Sebuah organisasi dengan cabang di banyak negara, merumuskan strategi bisnisnya sendiri berdasarkan perbedaan-perbedaan dasar yang dipahami.
c. Perusahaan Global adalah sebuah organisasi yang berupaya untuk membakukan dan memadukan operasi-operasi di seluruh dunia dalam semua bidang fungsional
d. Perusahaan Internasional adalah merujuk kepada baik perusahaan-perusahaan global maupun multidomestik.


Pengertian Bisnis Internasional menurut Ball ,McCulloch,Frantz,Geringer,Minor(2006) = Bisnis yang kegiatannya melampaui batas Negara. Definisi tersebut mencakup perdagangan internasional. pemanufakturan diluar negeri juga industri jasa diberbagai bidang seperti transportasi, pariwisata, perbankan, periklanan, konstruksi,perdagangan eceran, perdagangan besar dan komunikasi massa.
Pengertian Bisnis Internasional menurut Charles WH Hill (2008) = Perusahaan yang terlibat dalam perdagangan maupun investasi internasional.
Pengertian Bisnis Internasional menurut Daniels, Radebaugh & Sullivan (2004) = Semua transaksi komersial baik oleh swasta maupun pemerintah diantara 2 negara atau lebih
Karakteristik yang membedakan bisnis internasional dan domestik adalah bisnis internasional melibatkan aktivitas yang melintas batas, Hal ini berarti menjalankan bisnis internasional lebih rumit karena
Negara-negara mempunyai ciri khas
Masalah yang dihadapi lebih complex
Bisnis Internasional harus mampu bekerja dengan berbagai kendala perdagangan dan investasi yang ditetapkan suatu pemerintah
Transaksi internasional melibatkan perubahan mata uang.
Implikasinya : segala hal antar batas harus dipertimbangkan dalam semua keputusan dan aktivitas yang dijalankan perusahaan multinasional.

Kalsifikasi bisnis berdasarkan aktivitas yang dilakukannya dalam menghasilkan keuntungan adalah sebagai berikut:
Manufaktur adalah bisnis yang memproduksi produk yang berasal dari barang mentah atau komponen-komponen, kemudian dijual untuk mendapatkan keuntungan. Contohnya perusahaan yang memproduksi barang fisik seperti mobil atau pipa.
Bisnis jasa adalah bisnis yang menghasilkan barang intangible (tak berwujud), dan mendapatkan keuntungan dengan cara meminta bayaran atas jasa yang mereka berikan. Contohnya adalah konsultan dan psikolog.
Pengecer dan distributor adalah pihak yang berperan sebagai perantara barang antara produsen dengan konsumen. Kebanyakan toko dan perusahaan yang berorientasi-konsumen adalah distributor atau pengecer.
Bisnis pertanian dan pertambangan adalah bisnis yang memproduksi barang-barang mentah, seperti tanaman atau mineral tambang.
Bisnis finansial adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dari investasi dan pengelolaan modal.
Bisnis informasi adalah bisnis menghasilkan keuntungan terutama dari penjualan-kembali properti intelektual (intelellectual property).
Utilitas adalah bisnis yang mengoperasikan jasa untuk publik, seperti listrik dan air yang biasanya didanai oleh pemerintah.
Bisnis real estate adalah bisnis yang menghasilkan keuntungan dengan cara menjual, menyewakan, dan mengembangkan properti, rumah, dan bangunan.
Bisnis transportasi adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dengan cara mengantarkan barang atau individu dari sebuah lokasi ke lokasi yang lain.
1. Hakikat Bisnis Internasional
Seperti tersebut diatas bahwa Bisnis internasional merupakan kegiatan bisnis yang dilakukan melewati batas negara. Transaksi bisnis seperti ini merupakan transaksi bisnis internasional (International Trade). Transaksi bisnis itu dilakukan oleh suatu perusahaan dalam suatu negara dengan perusahaan lain atau individu di negara lain disebut Pemasaran Internasional atau International Marketing. Pemasaran internasional berbeda dengan Bisnis Internasional, yaitu :

a. Perdagangan Internasional (International Trade)
Dalam perdagangan internasional yang merupakan transaksi antar Negara itu biasanya dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan cara ekspor dan impor. Dengan adanya transaksi ekspor dan impor tersebut maka timbul neraca perdagangan antar negara (balance of tread).
Suatu Negara dapat memiliki surplus seraca perdagangan atau devisit neraca perdagangannya. Neraca perdagangan yang surplus menunjukan keadaan dimana Negara tersebut memiliki nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan nilai impor yang dilakukan dari negara partner dagangnya. Dengan neraca perdagangan yang mengalami surplus ini maka apabila keadaan yang lain konstan maka aliran kas masuk ke Negara itu akan lebih besar dengan aliran kas keluarnya ke Negara partner dagangnya tersebut. Besar kecilnya aliran uang kas masuk dan keluar antar negara disebut neraca pembayaran (balance of paymnets).          Jika neraca pembayaran mengalami surplus, dikatakan bahwa negara mengalami pertambahan devisa. Sebaliknya apabila negara itu mengalami devisit neraca perdagangannya maka berarti nilai impornya melebihi nilai ekspor yang dapat dilakukannya dengan negara lain. Jadi, negara tersebut mengalami devisit neraca pembayaran dan menghadapi pengurangan devisa Negara.

b. Pemasaran International (International Marketing)
Pemasaran internasional yang merupakan keadaan suatu perusahaan dapat terlibat dalam suatu transaksi bisnis dengan negara lain, perusahaan lain ataupun masyarakat umum di luar negeri. Transaksi bisnis internasional ini pada umumnya merupakan upaya untuk memasarkan hasil produksi di luar negeri.
Dalam hal ini maka pengusaha akan terbebas dari hambatan perdagangan dan tarif bea masuk karena tidak ada transaksi ekspor impor. Dengan melaksanakan kegiatan produksi dan pemasaran di negeri asing maka tidak terjadi kegiatan ekspor impor. Produk yang dipasarkan dapat berupa barang dan/ atau jasa. Transaksi ini dapat ditempuh dengan cara:
– Licencing
– Franchising
– Management Contracting
– Marketing in Home Country by Host Country
– Joint Venturing
– Multinational Coporation (MNC)
Semua bentuk transaksi internasional memerlukan transaksi pembayaran yang sering disebut fee. Negara (Home Country) harus membayar, sedangkan pengirim (Host Country) memperoleh fee tersebut. Pengertian perdagangan internasional dengan perusahaan internasional sering dianggap sama, padahal berbeda. Perbedaan utama terletak pada perlakuannya dimana perdagangan internasinol dilakukan oleh negara sedangkan pemasaran internasional adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan yang menentukan kegiatan bisnis yang lebih aktif, lebih progresif dibandingkan perdagangan internasional.

2. Alasan Melakukan Bisnis Internasional
Suatu negara atau suatu perusahaan melakukan transaksi bisnis internasional baik dalam bentuk perdagangan internasional yang umumnya memiliki pertimbangan /alasan. Pertimbangan tersebut meliputi pertimbangan ekonomis, politis ataupun sosial budaya. Bisnis internasional memang tidak dapat dihindari karena tidak ada satu negara pun yang dapat mencukupi seluruh kebutuhan negerinya dari barang-barang atau produk yang dihasilkan oleh negara itu sendiri.         Hal ini disebabkan karena terjadinya penyebaran yang tidak merata dari sumber daya baik dari sumber daya alam modal maupun sumber daya manusia. Ketidakmeratanya sumber daya mengakibatkan adanya keunggulan tertentu baik suatu Negara tertentu yang memiliki sumber daya tertentu. Contohnya Australia yang memiliki daratan yang sangat luas yang memiliki jumlah penduduk yang sangat sedikit, sebaliknya Negara Hong Kong yang memiliki daratan yang sangat sempit tapi jumlah penduduknya sangat padat. Oleh karena itu, maka dapat kita lihat beberapa alasan untuk melaksanakan bisnis internasional antara lain berupa :
1. Spesialisasi antar bangsa–bangsa
Dalam hubungan dengan keunggulan atau kekuatan tertentu beserta kelemahannya maka suatu negara haruslah menentukan pilihan strategis untuk memproduksikan suatu komoditi yang strategis yaitu :
a. Memanfaatkan secara maksimal kekuatan yang ternyata benar-benar paling unggul sehingga dapat menghasilkannya secara lebih efisien dan paling murah.
b. Mengkonsentrasikan perhatiannya untuk memproduksikan atau menguasai komoditi yang memiliki kelemahan yang tertinggi bagi negerinya.
Strategi tersebut berkaitan erat dengan adanya dua buah konsep keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara dibanding negara lain dalam bidang tertentu, yaitu:
• Keunggulan absolute (absolute advantage)
Suatu negara dapat dikatakan memiliki keunggulan absolut apabila negara itu memegang monopoli dalam berproduksi dan perdagangan terhadap produk tersebut. Hal ini dapat dicapai jika tidak ada negara lain yang dapat menghasilkan produk tersebut sehingga negara itu menjadi satu-satunya negara penghasil.
• Keunggulan komperatif (comparative advantage)
Konsep Keunggulan komparatif merupakan konsep yang lebih realistik dan banyak terdapat dalam bisnis Internasional, dimana suatu negara memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk menawarkan produk tersebut dibandingkan dengan negara lain.
3. Tahap-tahap dalam Memasuki Bisnis Internasional
Perusahaan yang memasuki bisnis internasional pada umumnya terlibat atau melibatkan diri secara bertahap dari tahap yang paling sederhana yang tidak mengandung resiko sampai dengan tahap yang paling kompleks dan mengandung risiko bisnis yang sangat tinggi. Dalam memasuki bisnis internasional ada beberapa yaitu:
1. Ekspor Insidentil
Dalam rangka untuk masuk ke dalam dunia bisnis Internasional suatu perusahaan pada umumnya dimulai dari suatu keterlibatan yang paling awal yaitu dengan melakukan ekspor insidentil. Dalam tahap awal ini pada umumnya terjadi pada saat adanya kedatangan orang asing di negeri kita kemudian ada yang membeli barang-barang kemudian kita harus mengirimkannya ke negeri asing itu.
2. Ekspor Aktif (Purchasing)
Tahap terdahulu dan dapat berkembang terus kemudian adanya hubungan bisnis yang rutin dan kontinyu, bahkan transaksi yang semakin aktif. Keaktifan hubungan transaksi bisnis tersebut ditandai dengan semakin berkembangnya jumlah dan jenis komoditi perdagangan Internasional. Pada tahap aktif ini perusahaan negeri sendiri mulai aktif melaksanakan manajemen atas transaksi itu.
3. Penjualan Lisensi
Tahap berikutnya adalah tahap penjualan Iisensi. Dalam tahap ini Negara pendatang menjual lisensi atau merek dari produknya kepada negara penerima. Dalam tahap yang dijual adalah hanya merek atau lisensinya saja, sehingga negara penerima dapat melakukan manajemen yang cukup luas terhadap pemasaran maupun proses produksinya termasuk bahan baku serta peralatannya. Untuk keperluan pemakaian lisensi tersebut maka perusahaan dan negara penerima harus membayar fee atas lisensi itu kepada perusahaan asing tersebut.
4. Franchising
Tahap berikutnya merupakan tahap yang lebih aktif lagi yaitu perusahaan di suatu negara menjual tidak hanya lisensi atau merek dagangnya saja akan tetapi lengkap dengan segala atributnya termasuk peralatan, proses produksi, resep-resep campuran proses produksinya, pengendalian mutunya, pengawasan mutu bahan baku maupun barang jadinya, serta bentuk pelayanannya. Cara ini sering dikenal sebagai bentuk “Franchising”.
Dalam hal bentuk Franchise ini maka perusahaan yang menerima disebut sebagai Franchisee dan perusahaan pemberi disebut sebagai Franchisor.Pada umumnya berhasil bagi jenis usaha tertentu misalnya bidang kuliner (makanan). Contohnya            KFC (Kentucky Fried Chiken), Mc Donalds, California Fried Chiken (CFC), Hoka Bento, Hanamasa, dan sebagainya.
Contoh Franchise dari Indonesia adaIah Es Teler 77, Ayam Goreng NY. Suharti, dan sebagainya. Kebaikan yang antara lain :
a. Manajemen sistem yang sudah teruji.
b. Memiliki nama yang sudah terkenal.
c. Performance record yang sudah mapan untuk alat penilaian.
Sebaliknya bentuk ini juga memiliki kejelekan yaitu :
a. Biaya tinggi untuk menrlapatkan Franchise
b. Keputusan bisnis akan dibatasi oleh Francilisor
c. Sangat dipengaruhi oleh kegagalan dari Franchise lain. Apabila terdapat         kegagalan akan timbul anggapan bahwa bentuk franchise yang lain juga tidak baik.
5. Pemasaran di Luar Negeri (Active Marketing)
    Tahap berikutnya adalah bentuk Pemasaran di Luar negeri. Bentuk ini akan memerlukan intensitas manajemen serta keterlibatan yang lebih tinggi karena perusahaan pendatang (Host Country) harus aktif dan mandiri untuk melakukan manajemen pemasaran bagi produknya itu di negeri asing (Home Country). Pengusaha pendatang yang merupakan orang asing harus mampu untuk mengetahui perilaku (segmentasi) di negeri penerima itu sehingga dapat dilakukan program-program pemasaran yang efektif.
6. Produksi dan Pemasaran di Luar Negeri
     Tahap yang terakhir adalah tahap yang paling intensif dalam melibatkan diri pada bisnis internasional yaitu tahap “Produksi dan Pemasaran di Luar Negeri”. Tahap ini juga disebut sebagai “Total International Business”. Bentuk inilah yang menimbulkan MNC (Multy National Corporation) yaitu Perusahaan Multi Nasional. Dalam tahap ini perusahaan asing datang dan mendirikan perusahaan di negeri asing dengan segala modalnya, kemudian memproduksi di negeri itu, lalu menjuaI hasil produksinya itu di negeri itu juga. Bentuk ini memiliki unsur positif bagi negara yang sedang berkembang karena dalam bentuk ini negara penerima tidak perlu menyediakan modal yang sangat banyak untuk mendirikan pabrik tersebut.

4. Hambatan  dalam Memasuki Bisnis Internasional
Melaksanakan bisnis internasional tentu saja akan lebih banyak memiliki hambatan ketimbang di pasar domestic. Negara lain tentu saja akan memiliki berbagai kepentingan yang sering kai menghambat terlaksannya transaksi bisnis internasional. Disamping itu kebiasaan atau budaya Negara lain tentu saja akan berbeda dengan negeri sendiri. Oleh karena itu maka terdapat beberapa hambatan dalam bisnis internasional yaitu :
1. Batasan perdagangan dan tariff bea masuk
2. Perbedaan bahasa, social budaya/cultural
Perbedaan dalam hal bahasa seringkali merupakan hambatan bagi kelancaran bisnis Internasional, hal ini disebabkan karena bahasa adalah merupakan alat komunikasi yang vital baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Tanpa komunikasi yang baik maka hubungan bisnis sukar untuk dapat berlangsung dengan Iancar. Hambatan bahasa saat ini semakin berkurang karena adanya bahasa Internasional yaitu bahasa lnggris.
Perbedaan kondisi sosial budaya merupakan suatu masalah yang harus dicermati pula dalam melakukan bisnis Internasional. Misalnya saja pemberian warna terhadap suatu produk ataupun bungkusnya harus hati-hati karena warna tertentu yang di suatu negara memiliki arti tertentu di negara lain dapat bermakna yang bertentangan.
3. Kondisi politik dan hukum/perundang-undangan
Hubungan politik yang kurang baik antara satu negara dengan negara yang lain akan mengakibatkan terbatasnya hubungan bisnis dari kedua negara tersebut. Misalnya, Amerika yang mengembargo komoditi perdagangan dengan negara-negara Komunis.
Ketentuan Hukum ataupun Perundang-undang yang berlaku di suatu negara kadang juga membatasi berlangsungnya bisnis internasional. Misalnya negara Arab melarang produk yang mengandung babi.
4. Hambatan operasional
Hambatan perdagangan atau bisnis internasional yang lain adalah masalah operasional yakni transportasi atau pengangkutan barang yang diperdagangkan ke negara yang lain. Transportasi ini seringkali sukar untuk dilakukan karena antara kedua negara itu belum memiliki jalur pelayaran kapal laut yang reguler. Hal ini dapat mengakibatkan biaya pengangkutan atau ekspedisi menjadi sangat mahal yang dikarenakan pengangkutnya hanya melayani satu negara itu saja.

5. Perusahaan Multinasional
Perusahaan multinasional pada hakikatnya adalah suatu perusahaan yang melaksanakan kegiatan secara internasional atau dengan kata lain melakukan operasinya di beberapa Negara. Perusahaan macam ini sering disebut Multinasional Corporations (MNC). Setiap Negara akan terpengaruh oleh tindakan yang dilakukan oleh Negara lain. Hal ini terjadi karena dengan cara yang sangat cepat kita dapat mengetahui suatu kejadian yang terjadi di setiap Negara di dunia ini seiring dengan kemajuan teknologi dan komunikasi.
Timbulah kecenderungan bahwa permintaan ataupun kebutuhan masyarakat di mana pun di dunia ini mendekati hal yang sama. Kebutuhan akan barang-barang konsumsi atau untuk kehidupan sehari-hari cenderung tidak berbeda antara Negara. Oleh karena kesamaan inilah yang mendorong perusahaan untuk beroperasi secara Internasional. Selanjutnya, perusahaan mencoba untuk mencari tempat untuk memproduksi barang dan memasarkannya ke dunia, sehingga akan lebih ekonomis dan kompetitif.
Adanya batasan ekspor-impor antar negara mendorong suatu perusahaan untuk hanya memproduksi barang di negeri sendiri dan kemudian menjualnya di negeri itu juga meskipun pemiliknya adalah dari luar negeri. Dengan demikian, pembatasan ekspor-impor menjadi tidak berlaku lagi baginya. Contoh perusahaan multinasional: Coca Cola, Johnson & Johnson, Nestle dari Switzerland, Unilever dari Belanda dan lnggris, Bayer dati Jerman, dan sebagainya.

Fenomena Brain Drain

Brain Drain

Brain drain ialah suatu situasi yang berlaku apabila orang yang berbakat dan berkemahiran tinggi berhijrah dari satu tempat ke tempat lain dalam mancari pendidikan lanjutan serta pekerjaan.

Ancaman Brain Drain Jika Kaum Intelektual Menetap di Negara Maju

<b>Ancaman Brain Drain Jika Kaum Intelektual Menetap di Negara Maju</b>
Travel preparation : compass, money, passport, road map ,hat,sunglasses,magnifying glass on wooden table

Hal yang menakutkan bagi negara berkembang adalah terjadinya brain drainBrain Drain (human capital flight) merupakan fenomena perginya kaum intelektual, periset, ilmuwan, atau peneliti dari negerinya sendiri ke negara-negara yang lebih maju.
Perginya aset intelektual disebabkan akibat minimnya peluang dan keterbatasan negara memberikan wadah, kesempatan dan peluang. Rata-rata pelaku brain drain adalah peneliti muda yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Mulai dari insinyur, akademisi, ahli teknologi informasi, ahli komputer hingga ahli astronomi.
Negara asal akan mendapatkan banyak kerugian adannya brain drain. Karena semua penemuan yang ditemukan oleh warga negara kita, dipatenkan di negara lain. Ironisnya, negara sendiri harus membayar royalti hasil dari publikasi yang ditemukan anaknya sendiri.
Upaya mencegah terjadinya hal tersebut, LIPI di tahun 2016 meningkatkan jiwa peneliti bagi peneliti muda Indonesia, dan menargetkan doktor dan profesor lebih banyak di tahun sebelumnya.
DPP KNPI bersama PB HMI dan PPI pada tahun 2009 membentuk Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional, di Den Haag. Harapannya, agar para anak sendiri terkover dan tetap memperoleh perlindungan dari dalam negeri, sekaligus memberikan kontribusi positif juga untuk pembangunan di Indonesia.
Secara tidak langsung memperbaiki kondisi negara asal, sekaligus memperkuat networkingterhadap pengusaha lokal, yang ada di luar negeri. Adapun keuntungan lain, misalnya membantu mengetahui pangsa pasar di sana, unsur sosial kebudayaan, dan memberikan informasi tentang aspek legal pengembangan usaha di negara sana.

Kasus Brain Drain di India

Dampak brain drain sangat dirasakan oleh negara-negara berkembang. Di India, brain drain terjadi 30 tahun lamannya. Banyak ilmuwan dan tenaga muda yang berkualitas pergi ke negara maju. Kejadian ini tepatnya terjadi di tahun 1960-an. Banyak lulusan dari Indian Institute of Technology (IITS) pergi  ke Silicon Valley, Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada.
Puncaknya, di tahun 90-an, Amerika menerima peneliti dan kaum intelektual dari India dua kali lipat. Dampaknya apa? Profesional India setidaknya telah menguasai kurang lebih 8.000 perusahaan di bidang teknologi komunikasi di Amerika. Amerika memperoleh keuntungan, berupa pemasukan mencapai US$ 4 Miliar. Sedangkan India yang merupakan negara asal mereka waktu itu kurang mendapatkan perhatian.
Hal ini juga dialami oleh negara-negara berkembang lainnya. Banyak yang ke luar negeri dengan banyak alasan. Salah satunya di Indonesia. Habibie misalnya, justru diasingkan ke Jerman karena di negeri sendiri kurang mendapatkan apresiasi dari pemerintah. Negara tidak bisa memfasilitasi.
Awalnya, keberadaan bran drain dilakukan bertujuan agar negara asal memperoleh lulusan yang berwawasan dan berintelektual tinggi. Negara asal rela mengeluarkan uang biaya puluhan juta untuk meluluskan satu profesor saja.
Harapan pemerintah usai lulus dari sana, pulang ke negeri asal, dan membantu pemerintah menyelesaikan problematika yang terjadi. Apa yang diharapkan? Ternyata jauh dari kenyataan. Banyak peneliti yang justru bertahan di sana dan tidak pulang ke negeri asal karena banyak faktor.
Hal ini juga dialami oleh Indonesia. Indonesia memang sudah merdeka sejak tahun 1945. Namun, secara pendidikan tidak sepenuhnya merdeka. Banyak kaum intelektual asal Indonesia yang nyaman tinggal di negara maju dan turut mengembangkan negara itu.
Dalam hitungan tahun, India mampu mengubah brain drain yang merugikan menjadi menguntungkan. Salah satunya dengan menanamkan jiwa nasionalisme. Nasionalisme yang ditekankan India kunci keberhasilan India membangun perekonomian di negarannya, yang pernah terpuruk.
Di Indonesia, figur ilmuwan yang memiliki jiwa nasionalisme tinggi adalah B.J. Habibie. Meskipun pernah diasingkan ke Jerman, ia memutuskan pulang ke Indonesia, tidak menerima tawaran yang menggiurkan.
Beliau seorang intelektual yang peduli terhadap perekembangan Indonesia. Bahkan, Ia juga mewakafkan tanah di sana untuk tempat tinggal pelajar dari Indonesia. Tidak hanya itu, Habibie juga membangun sebuah rumah sakit di Indonesia yang terbuka kepada masyarakat yang tidak mampu membayar, dan akan tetap dilayani. Bayangkan, jika ada 100 orang seperti BJ Habibie, Indonesia akan lebih maju dibandingkan India. Mungkin.

Penyebab Brain Drain

Permasalahan brain drain yang meresahkan negara-negara berkembang dipengaruhi oleh faktor penarik-pendorong. Faktor tersebut bisa berupa kebijakan yang lemah dari negara asal, dan bisa juga disebabkan adannya motif personal. Sedangkan kebijakan dari negara tujuan biasannya lebih memiliki kebijakan dan sistem yang lebih kuat.
Kedua faktor penyebab brain drain sebenarnya sering kita temui. Namun sedikit orang yang menyadarinya. Berikut adalah tabel kedua faktor yang mempengaruhi terjadinya brain drain.Dari tabel tersebut, memperlihatkan bahwa, permasalahan inilah yang menjadi salah satu sebab. Di mana, sebab ini bisa di hilangkan dengan memperbanyak penelitian. Penelitian yang menyorot soal sebab tersebut, untuk dicarikan solusinya.
Tokoh-tokoh yang Terlibat Fenomena Brain Drain

Ditolak Negeri, 3 Karya Anak Bangsa Ini Dihargai Negara Lain



Jakarta Penemuan dan karya-karya dari Asia, Amerika, dan Eropa sering kali dipakai di hampir seluruh dunia. Termasuk Indonesia. Mulai dari gerbong kereta, bahan bangunan, hingga alat sistem informasi. Tapi, sebenarnya kamu perlu berbangga, karena ternyata masih banyak anak bangsa yang karyanya sangat luar biasa. 
Seperti penemuan sejenis pohon yang ternyata bisa mengalirkan listrik. Juga ada penemuan lainnya yang juga merupakan hasil dari prakarya anak-anak sekolah. Tapi, mungkin penemuan mereka masih harus melalui pengkajian selanjutnya. 
Tapi, ada juga anak bangsa yang karyanya justru terkenal di luar negeri. Padahal, di Tanah Air, karya mereka terbilang sepi peminat. Meskipun tak semua karya anak bangsa mengalami hal seperti ini, tapi 3 karya ini patut diacungi jempol karena dapat penghargaan di luar negeri. 
1. Dr. Eng. Khoirul Anwar. Kamu mungkin kurang familiar dengan nama dan sosok pria ini. Tapi, kamu pasti kenal dengan karyanya yaitu cikal bakal lahirnya generaasi mobile 4G LTE. Dilansir dari salah satu media nasional, teknologi hasil buatan Khoirul banyak dipakai dan dikembangkan di berbagai negara.


Dia, yang sebelumnya berkuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), mengembangkan karyanya ini di Jepang. Karyanya ini sebenarnya sangat memukau dan brilian. Namun, saat salah satu stasiun televisi mewawancarainya, dia mengatakan pemerintah kurang peka terhadap karya anak negeri. 
2. Mobil sport Selo bertenaga listrik karya Ricky Elson tak lolos saat uji emisi di Indonesia. Setelah 2 tahun menunggu perkembangan dari pemerintah Indonesia, Malaysia akhirnya 'meminang' Selo milik Ricky. Dilansir dari berbagai sumber, pemerintah Malaysia juga bersedia untuk memberikan fasilitas pengembangan Selo dan diteliti lebih lanjut. 


3. Berbekal sampah kulit singkong, Randall Hartolaksono, berhasil menciptakan bahan anti api dan panas untuk mobil. Randall yang sempat berkuliah jurusan Teknik Mesin di University of London ini sukses dengan penemuannya. Soalnya, karyanya ini sudah dipakai di berbagai negara dan perusahaan-perusahaan mobil kelas atas nan ternama. Seperti, Petronas, dan Ford. 


Sayangnya, karya Rendall ini belum memiliki sertifikat uji standar atau lisensi dari Indonesia. Padahal, karyanya sudah diuji di negara lain dan bahkan dipakai banyak perusahaan mobil.